AS Desak Semua Pihak Tahan Diri Setelah Israel Janji Buka Kembali Al Aqsa

WASHINGTON, KOMPAS.com — Amerika Serikat (AS), Kamis (30/10/2014) waktu setempat, mendesak semua pihak di Jerusalem untuk menahan diri di tengah ketegangan yang berlangsung di kota suci itu. AS mengatakan, pihaknya sedang bekerja sama dengan Israel, Palestina, dan Jordania untuk mencoba memulihkan ketenangan.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry juga mengutuk penembakan terhadap rabi garis keras Yehuda Glick yang punya dua kewarganegaraan, yaitu Israel dan AS.

Kerry meminta pembukaan kembali Masjid Al Aqsa di Jerusalem bagi para jemaah Muslim saat polisi mengatakan bahwa kompleks itu akan dibuka pada Jumat dini hari ini untuk shalat subuh. “Saya sangat prihatin dengan meningkatnya ketegangan di Jerusalem dan khususnya di sekitar Haram al-Sharif atau Temple Mount,” kata Kerry dalam sebuah pernyataan.

“Ini benar-benar penting bahwa semua pihak menahan diri, menahan diri dari tindakan dan retorika provokatif, dan melestarikan status quo Haram al-Sharif atau Temple Mount yang bersejarah, dalam kata-kata dan tindakan.”

Kerry mengatakan, dirinya melakukan komunikasi intensif dengan para pemimpin Israel, Jordania, dan Palestina guna meredakan situasi. “Saya mendesak para pemimpin dari ketiga pihak untuk melaksanakan kepemimpinan yang tegas dan bekerja sama untuk menurunkan ketegangan dan mencegah kekerasan,” katanya.

Israel Dituduh Bunuh Jenderal Iran

BEIRUT, KOMPAS.com Seorang jenderal senior berpengaruh Pengawal Revolusi Iran dibunuh, kata pihak Iran, Kamis (14/2/2013). Jenderal bernama Hassan Shateri itu tewas pada Selasa lalu dalam sebuah serangan saat dalam perjalanan dari Damaskus ke Beirut, kata pihak Iran. Negara itu langsung menuduh Israel sebagai dalang serangan tersebut.

Dia tewas “di tangan tentara bayaran dan pendukung rezim Zionis,” kata juru bicara Garda Revolusi, Ramezan Sherif.

Jenderal Shateri juga memimpin Komite Iran untuk Rekonstruksi Lebanon, yang dibentuk setelah perang tahun 2006 antara Israel dan milisi Syiah Hizbullah yang didukung Iran.

Keadaan kematiannya dan tujuan kunjungannya ke Suriah masih belum jelas. Harian Lebanon, As-Safir, mengatakan, Jenderal Shateri berada “di Aleppo untuk mempelajari sejumlah proyek dalam merekonstruksi kota itu.” Klaim tersebut dibantah dan dinilai sebagai hal “menggelikan” oleh tokoh-tokoh oposisi di kota itu, yang sedang dilanda perang.

Bulan lalu duta besar AS untuk Suriah, Robert Ford, menuduh Iran berperang di sisi Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk melawan para gerilyawan yang mayoritas Sunni. “Mereka mengirim senjata, mereka mengirim berbagai macam pakar, dan pada kenyataannya kami tahu bahwa mereka mengirim para anggota Garda Revolusi Iran,” kata Ford.

Sejumlah jet tempur Israel dilaporkan telah mengebom sebuah pangkalan militer di pinggiran Damaskus, pekan lalu. Para diplomat Barat mengatakan, mereka yakin rezim Suriah mungkin telah memindahkan sejumlah rudal darat ke udara ke Lebanon, ke tangan milisi Hizbullah, yang masih dalam status berperang dengan Israel.

Warga distrik kaum Syiah di Dahiyeh, Beirut, mengungkapkan kemarahan atas kematian Jenderal Shateri, yang mereka sebut telah membangun kembali kehidupan dan lingkungan mereka. “Dia terkenal di sini. Dia melakukan sebuah tugas yang baik di sini. Dia seorang ahli keuangan dengan otak yang baik. Dia membawa perusahaan-perusahaan konstruksi,” kata seorang warga.

“Kawasan luas yang dilanda Badai Katrina di Amerika masih hancur. Namun di sini, martir Shateri membangun kembali segala sesuatu hanya dalam waktu dua tahun,” kata seorang komandan.

Sumber-sumber di dalam Hizbullah mengatakan, mereka sudah lama tahu bahwa Shateri menjadi target pembunuhan, dan bahwa penahanan telah dilakukan terhadap sejumlah pria yang dicurigai merencanakan serangan itu.

 

Timur Tengah Lumpuh

KAIRO, KOMPAS.com – Cuaca buruk akibat badai salju, hujan es, dan angin kencang praktis melumpuhkan kehidupan di sejumlah negara Timur Tengah, seperti Mesir, Jordania, Palestina, dan Lebanon.

Langit kota Kairo dan beberapa kota lain di Mesir dalam tiga hari terakhir hingga Kamis (10/1) masih diselimuti mendung. Angin juga bertiup cukup kencang, mengakibatkan sebagian pohon di pinggir jalan bertumbangan. Beberapa jalan utama dilanda banjir akibat hujan terus- menerus.

Pemerintah Mesir melalui media massa telah memperingatkan warga agar waspada mengingat akan datangnya cuaca buruk di seantero negeri. Demikian dilaporkan wartawan Kompas Musthafa Abd Rahman dari Kairo.

Arus lalu lintas di beberapa jalan utama di Kairo lumpuh akibat genangan banjir. Jalan raya menuju bandar udara internasional juga ikut tergenang air sehingga banyak calon penumpang pesawat tidak bisa tiba di bandara tepat waktu. Banyak penumpang tertinggal pesawat.

Petugas pengendali lalu lintas udara di Bandara Internasional Kairo, Ihab Muhyi, mengungkapkan, lalu lintas pesawat keluar- masuk bandara utama itu masih normal meski cuaca buruk. Ia mengatakan, hanya kedatangan penumpang dari kota Kairo menuju bandara yang sering terganggu dalam dua hari terakhir.

Operasi kereta api bawah tanah di Kairo juga sempat terhenti selama satu jam, Rabu lalu, karena sebagian jalur rel metro itu tergenang banjir.

Hujan deras langsung memicu genangan air di mana-mana di Kairo dan kota lain di Mesir yang tidak didukung sistem selokan dan penampungan air yang memadai.

Cuaca buruk juga memaksa otoritas Mesir menutup beberapa pelabuhan dan jalan utama di wilayah Gurun Sinai selatan.

Pemerintah Mesir mengerahkan puluhan kendaraan penyedot air untuk menyedot genangan air di kota-kota besar. Namun, lantaran luasnya wilayah yang tergenang air dan terbatasnya jumlah kendaraan penyedot air itu, operasi penyedotan genangan tak berlangsung cepat.

Kecelakaan lalu lintas juga sering terjadi di beberapa provinsi akibat cuaca buruk itu.

Sedikitnya terjadi lima kecelakaan lalu lintas di kota Giza, yang menyebabkan 8 orang tewas dan 29 lainnya luka-luka. Di jalan raya antara Kairo dan Alexandria terjadi tabrakan antara sebuah truk dan bus penumpang yang menyebabkan dua orang tewas dan 15 lainnya luka-luka.

Di jalan raya yang menghubungkan dua kota utama di Mesir itu juga terjadi tabrakan antara dua kendaraan taksi, menyebabkan tiga orang tewas dan lima lainnya luka-luka.

Di luar Mesir, sedikitnya 11 orang dilaporkan tewas di Lebanon dan Palestina. Seorang pria Lebanon tewas setelah tertidur akibat mabuk di dalam mobilnya dalam kondisi badai salju di Lembah Bekaa. Korban lain di Lebanon adalah seorang bayi yang hanyut diterjang banjir bandang.

Meliburkan sekolah

Sementara itu, Pemerintah Jordania kembali memutuskan meliburkan sekolah dan kantor pemerintah, Kamis, karena jalan- jalan di kota Amman dan kota lain di Jordania diselimuti salju tebal sehingga kendaraan sulit melintasi jalan-jalan itu.

Pemerintah Palestina juga memutuskan meliburkan sekolah dan kantor pemerintahan, karena salju cukup tebal menutup jalan-jalan di kota-kota Palestina di Tepi Barat. Hujan deras yang disertai salju melanda wilayah Tepi Barat selama satu pekan terakhir ini.

Tim penyelamat darurat Palestina terpaksa melakukan patroli di sejumlah distrik di Tepi Barat untuk antisipasi kemungkinan terjadi kecelakaan atau musibah akibat cuaca buruk itu.

Kementerian Pendidikan Suriah mengumumkan penundaan ujian tengah semester karena kondisi cuaca yang membuat ibu kota Damaskus dan kota-kota lain di negeri yang sedang dilanda perang saudara itu berselimutkan salju.

Pemerintah Israel pun menutup sekolah, yang langsung disambut gembira anak-anak sekolah dengan turun ke jalan dan saling melempar bola salju. Di Jerusalem, salju sempat mencapai ketebalan 10 sentimeter, Kamis pagi.

Aliran listrik yang putus akibat cuaca buruk di beberapa bagian Lebanon, Jordania, Israel, dan Palestina makin menambah penderitaan warga, yang tak bisa menyalakan pemanas ruangan.

Dari Banglades dilaporkan, gelombang dingin yang menyerang dalam beberapa hari terakhir telah menewaskan 80 orang di seluruh negeri.

Hari Kamis, suhu udara mencapai 3 derajat celsius di kota Syedpur, Banglades utara, yang merupakan rekor suhu terendah di Banglades sejak negara itu merdeka. (AFP/DHF)

Pasukan Israel Masuk Suriah Lacak Senjata Kimia

JERUSALEM, KOMPAS.com — Pasukan khusus Israel dikabarkan tengah melakukan operasi rahasia di dalam wilayah Suriah untuk memantau simpanan senjata biologi dan kimia negeri itu, demikian laporan media setempat, Minggu (9/12/2012).

Operasi lintas perbatasan tersebut adalah “bagian dari perang rahasia” guna melacak senjata non-konvensional milik Damaskus dan “menyabot perkembangan persenjataan itu”, demikian laporan Sunday Times.

Laporan tersebut beredar di tengah kecemasan yang meningkat bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang putus asa, akan menggunakan senjata kimia untuk menghadapi kekuatan oposisi—yang kian mendekati kota Damaskus.

“Selama bertahun-tahun, kami telah mengetahui lokasi penyimpanan amunisi senjata biologi dan kimia milik Suriah,” kata seorang sumber Israel kepada Sunday Times.

Sumber ini merujuk kepada hasil pantauan satelit mata-mata, pesawat pengintai, dan kendaraan udara tanpa awak milik negara Yahudi tersebut.

“Namun, dalam satu pekan belakangan, kami telah menerima tanda bahwa amunisi itu telah dipindahkan ke lokasi baru,” kata sumber tersebut.

Namun, seorang pejabat militer yang berbicara kepada Xinhua tidak membenarkan atau membantah bahwa pasukan khusus Israel kini menyusup di wilayah Suriah dan sekitarnya.

Selain agen Israel, personel pasukan khusus AS dan militer komando negara lain Barat dilaporkan sudah ditempatkan di Turki, Israel, dan Jordania. Mereka menunggu instruksi untuk menyerang simpanan senjata kimia Suriah dan lokasi rudal.

Laporan tersebut menyatakan, kesatuan khusus itu adalah bagian dari rencana darurat lebih besar Amerika-Inggris yang dirancang selama beberapa bulan belakangan untuk ikut campur jika Bashar al-Assad menggunakan senjata kimia itu terhadap musuhnya.

Hamas: Israel Kini Akan Berpikir 2 Kali Sebelum Serang Iran

Teheran, – Gerakan Hamas menganggap Israel telah gagal dalam perang di Gaza yang sempat berlangsung 8 hari belum lama ini. Kini rezim Israel akan berpikir dua kali sebelum melancarkan serangan terhadap Iran.

“Yahudi akan berpikir dua kali sebelum menyerang Iran,” cetus pejabat senior Hamas, Mahmoud al-Zahar seperti dilansir media Press TV, Senin (26/11/2012).

Iran telah membuat banyak kemajuan dalam teknologi rudal selama beberapa tahun terakhir. Komandan Divisi Udara Korps Garda Revolusioner Iran, Brigjen Amir Ali Hajizadeh mengatakan, Iran memiliki rudal-rudal canggih termasuk Sejjil dan Shahab, yang mampu mencapai target dalam jarak 2 ribu kilometer.

Rezim Israel telah berulang kali melontarkan ancaman serangan atas fasilitas nuklir Iran. Israel juga Amerika Serikat dan sejumlah negara lainnya mencurigai Iran diam-diam berupaya mengembangkan senjata atom lewat program nuklirnya.

Hal tersebut dibantah keras pemerintah Iran. Ditegaskan Iran, program nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai, yakni sebagai pembangkit energi bagi kepentingan sipil.

Menanggapi retorika perang Israel, Menteri Pertahanan Iran Brigjen Ahmad Vahidi mengatakan pada Oktober lalu, persenjataan rudal balistik Iran cukup mampu untuk menangkal setiap serangan Israel. Bahkan dicetuskannya, Israel tak akan punya peluang untuk selamat jika negara Yahudi itu menyerang Iran.

Sebelumnya, seorang anggota senior parlemen Iran mencetuskan, berkurangnya durasi serangan Israel terhadap para pejuang Palestina menandai awal kejatuhan rezim Zionis. Seperti diketahui, sejak 14 November lalu Israel terus melancarkan serangan udara dan laut ke Jalur Gaza. Serangan selama 8 hari itu menewaskan sedikitnya 160 warga Palestina dan melukai lebih dari 1.000 orang lainnya.

Menurut Kepala Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, Alaeddin Boroujerdi, Israel telah kalah dalam melawan para pejuang Palestina. Dikatakannya, kekalahan rezim Israel dalam perang selama 8 hari di Gaza tersebut merupakan kekalahan keempat bagi Israel dalam menghadapi para pejuang Palestina.

“Rezim Zionis perebut dikalahkan Hizbullah pertama kali pada tahun 2000 saat pembebasan tanah-tanah yang diduduki di Libanon selatan. Kedua kalinya, Israel dikalahkan dalam perang 33 hari dengan Hizbullah (tahun 2006), dan yang ketiga dalam perang 22 hari di Gaza (tahun 2008),” cetus Boroujerd.

Menurut anggota parlemen Iran itu, kemenangan gerakan Hamas dalam perang dengan rezim Israel merupakan kemenangan semua gerakan perlawanan di dunia muslim.

Gencatan Senjata Tercapai, Hamas Sebut Israel Telah Gagal

Kairo, – Gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah tercapai. Pemimpin Hamas Khaled Meshaal menyebutkan, Israel telah gagal dalam semua tujuannya.

“Setelah delapan hari, Tuhan menjauhkan tangan mereka (Israel) dari rakyat Gaza, dan mereka terpaksa menerima syarat-syarat perlawanan,” kata Meshaal.

“Israel telah gagal dalam semua tujuannya,” cetus Meshaal kepada para wartawan di Kairo, Mesir seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (22/11/2012).

Sesuai kesepakatan gencatan senjata, Israel harus “menghentikan semua kekejaman di darat, laut dan udara termasuk serbuan dan menargetkan individu-individu”. Faksi-faksi Palestina juga harus menghentikan “serangan-serangan roket dan semua serangan di sepanjang perbatasan”.

Dalam perjanjian itu juga disebutkan Israel akan mengizinkan masuknya barang-barang ke Gaza, yang telah diblokade Israel sejak tahun 2007. Dikatakan Meshaal, dengan kesepakatan itu berarti semua perlintasan ke Gaza akan dibuka.

Meshaal pun mengingatkan Israel untuk tidak melanggar perjanjian tersebut. “Jika Anda komit, kami akan komit. Jika Anda tidak komit, senjata ada di tangan kami,” tegas pemimpin Hamas itu seraya menambahkan “kami akan terus mempersenjatai diri kami”.

Sudah 140 Warga Palestina Tewas Akibat Serangan Israel

Gaza City, – Perang antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza, Palestina, masih terus berlangsung. Hingga saat ini dilaporkan lebih dari 140 orang tewas dan lebih dari 950 orang luka-luka akibat serangan udara Israel.

Duta Besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, melaporkan jumlah korban tewas terbaru melalui surat kepada Dewan Keamanan PBB. Menurut Mansour, jumlah korban tewas tersebut merupakan total selama serangan udara Israel yang telah memasuki hari ke-7. Beberapa di antara korban tewas merupakan anak-anak.

Sedangkan otoritas Hamas yang menguasai wilayah Gaza melaporkan, korban tewas sejauh ini mencapai 136 orang. Demikian seperti dilansir AFP, Rabu (21/11/2012).

Dalam suratnya tersebut, Mansour juga meminta seluruh anggota Dewan Keamanan PBB yang totalnya 15 negara, untuk bertemu dan menyampaikan kecaman terhadap serangan Israel ke Gaza. Mansour menilai, Dewan Keamanan PBB memiliki tanggung jawab untuk menghentikan kekejaman terhadap warga Palestina.

Pada Selasa (20/11) malam, Dewan Keamanan PBB menggelar sidang untuk membahas usulan negara-negara Arab yang mendesak rapat umum secara terbuka guna membahas krisis Gaza. Namun para diplomat negara-negara Barat mengkhawatirkan komentar yang mengemuka dalam rapat semacam itu bisa menghambat upaya gencatan senjata.

Tapi akhirnya mereka sepakat untuk kembali menggelar rapat pada Rabu (21/11) malam.

Sebelumnya diberitakan, rapat Dewan Keamanan PBB mengalami kebuntuan setelah Amerika Serikat menentang rencana gencatan senjata antar kedua pihak. AS beralasan, opsi gencatan senjata tersebut tidak akan mampu mengatasi ‘akar masalah’ yang memicu konflik Israel dan Palestina.

Korban Tewas Gempuran Israel di Gaza Lampaui 100

Kota Gaza (AFP/ANTARA) – Dua orang Palestina tewas dalam serangan udara baru Israel di Gaza tengah, Senin, sehingga jumlah kematian dalam kekerasan enam hari melampaui 100.

“Dua orang yang mati syahid dalam serangan baru Israel di daerah sebelah timur (kamp pengungsi) al-Bureij dibawa ke rumah sakit al-Aqsa di Deir al-Balah,” kata dinas pelayanan darurat dalam sebuah pernyataan.

Dengan kematian kedua orang itu, jumlah korban tewas di Gaza mencapai 101.

Kedua orang itu tewas pada waktu yang hampir bersamaan dengan penyerangan pusat media menara Shuruq — yang kedua kali bangunan itu diserang Israel — yang menewaskan satu orang.

Sumber-sumber Jihad Islam menyebut korban tewas sebagai Ramez Harb, seorang komandan senior sayap bersenjata kelompok itu, Brigade Al-Quds.

Di tempat lain, dua orang tewas dalam pemboman terhadap kamp pengungsi Nusseirat di Gaza tengah, kata beberapa petugas medis, dan satu orang Palestina lagi tewas di sebelah timur Nusseirat dalam serangan terpisah.

Belum ada pernyataan segera mengenai jati diri korban-korban lain.

Juga selama sore hari, satu orang tewas dan dua lain cedera dalam serangan rudal terhadap sebuah mobil di sebelah utara Kota Gaza, kata petugas-petugas medis tanpa mengidentifikasi korban.

Sejumlah petugas kesehatan juga mengatakan, Ramadan Mahmud (22) tewas akibat luka-luka yang dideritanya di kamp pengungsi Maghazi pada Minggu.

Tiga orang lagi tewas akibat luka-luka yang mereka derita dalam serangan, namun kementerian kesehatan tidak memberikan penjelasan terinci mengenai jati-diri mereka.

Dalam insiden lain, sebuah rudal menghantam sepeda-motor di sebelah timur Khan Yunis di Gaza selatan, menewaskan dua orang dan mencederai kritis seorang anak yang bersama mereka, kata dinas pelayanan ambulan Gaza.

Kedua orang itu diidentifikasi sebagai Abdullah Abu Khater (30) dan Mahmud Abu Khater (32).

Serangan sebelumnya di Qarara di daerah yang sama menewaskan dua petani, Ibrahim al-Astal dan Obama al-Astal, kata beberapa petugas medis.

Dalam serangan terhadap sebuah mobil di Kota Gaza selatan, seorang tewas dan tiga lain cedera, kata para pejabat, yang mengidentifikasi korban tewas sebagai Mohammed Shamalah (23).

Di Deir al-Balah di Gaza tengah, tiga orang tewas dalam serangan terhadap sebuah mobil dan mereka semua berasal dari keluarga yang sama — Amir Bashir, Tamal Bashir dan Salah Bashir.

Pada pagi hari, dua wanita dan seorang anak termasuk diantara empat orang yang tewas dalam serangan terhadap daerah Zeitun di Kota Gaza timur. Keempat korban itu adalah Nisma Abu Zorr (23), Mohammed Abu Zorr (5), Saha Abu Zorr (20) dan Ahid al-Qatati (35).

Petugas-petugas medis juga mengatakan, seorang pria ditemukan tewas di kota wilayah utara, Beit Lahiya, dan mengidentifikasi korban sebagai Abdel Rahman al-Atar, seorang petani yang berusia 50 tahun. (jk)

Israel-Hamas Memanas

GAZA – Hamas dan Israel sulit meletakkan senjata. Bahkan untuk tiga jam saja, tepat pada saat Perdana Menteri Mesir Hisham Qandil berkunjung ke Jalur Gaza untuk bertemu para pemimpin Hamas dalam rangka merumuskan gencatan senjata, pesawat-pesawat perang Israel membombardir kawasan Nazila dan menewaskan dua warga sipil. Seorang di antaranya masih anak-anak.

Buntutnya, jumlah korban tewas di kubu Palestina sejak Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mulai melancarkan Operasi Pilar Pertahanan ke Gaza Rabu sore lalu (14/11) hingga kemarin (16/11) mencapai 21 orang, termasuk tujuh anak dan seorang perempuan hamil. Di pihak Israel, korban meninggal karena roket Hamas mencapai tiga warga sipil.

Israel beralasan, serangan di tengah kunjungan singkat Qandil tersebut hanya merespons serbuan roket Hamas yang jatuh di wilayah selatan Negeri Yahudi itu. Sebelumnya, atas permintaan Kairo, Tel Aviv memang berjanji menghentikan serangan selagi Qandil berada di Gaza selama Hamas juga berjanji tak menyerang.

Tak cuma menyerang dari udara, sebagaimana dilaporkan koran Inggris The Independent, Israel juga menyiapkan serbuan darat ke Gaza seperti yang mereka lakukan empat tahun silam. Sebanyak 16 ribu di antara total 30 ribu tentara cadangan IDF sudah disiagakan.

Kemarin berbarengan dengan bombardir ke Gaza, pesawat-pesawat Israel juga mengebom area terbuka di sepanjang perbatasan mereka dengan kawasan yang dikuasai Hamas sejak 2007 tersebut. Ditengarai, itu dilakukan untuk mengamankan jalur bagi tank-tank IDF menuju wilayah berpenduduk 1,7 juta jiwa tersebut.

Eskalasi itu praktis membuat upaya gencatan senjata yang dirancang Mesir sulit terwujud. Namun, moral Hamas yang lahir dari rahim Ikhwanul Muslimin yang sekarang berkuasa di Mesir jelas sangat terangkat menyusul kunjungan tiga jam Qandil.

Maklum, pada masa Husni Mubarak yang terjungkal dari kekuasaan pada awal tahun lalu sebagai buntut revolusi “Musim Semi Arab”, Mesir dikenal sangat anti-Hamas. Bahkan, kala Gaza diserbu Israel dari udara dan darat selama 17 hari pada akhir 2008 sampai awal 2009 yang menewaskan 1.500 orang, Kairo, atas permintaan Tel Aviv, memilih menutup perbatasan mereka dengan Gaza di Rafah. Akibatnya, lalu lintas bantuan terhambat. Satu-satunya cara bagi warga Gaza memperoleh bahan makanan hanyalah melalui penyelundupan lewat terowongan bawah tanah.

“Kunjungan bersejarah ini merefleksikan solidaritas Mesir pascarevolusi terhadap Gaza,” ujar Perdana Menteri Hamas Ismail Haniya yang mendampingi Qandil dalam jumpa pers seusai mengunjungi Rumah Sakit Al-Shiifa seperti dikutip situs berita Al Ahram.

Qandil memang membawa pesan dari Presiden Mesir Mohamed Morsi yang berisi dukungan penuh kepada Hamas dan warga Gaza. “Mesir tak akan ragu untuk mengintensifkan upaya dan berkorban demi menghentikan agresi (Israel) ini,” tegas Qandil dalam jumpa pers yang sama.

Keberpihakan Mesir juga diwujudkan dengan tetap membuka perbatasan mereka di Rafah. Hari ini Kairo juga akan menjadi tuan rumah pertemuan Liga Arab yang bakal menyuarakan dukungan pula kepada Gaza. Tapi, persoalannya, semua dukungan itu diyakini tak akan menghentikan agresi Israel. Meski mungkin tak akan selama “Perang 17 Hari” empat tahun silam, militer Israel diperkirakan tetap mampu bertahan selama sekitar sepekan.

Dan, itu jelas bakal kian memperparah kondisi di Gaza yang belum sepenuhnya pulih lantaran operasi “Cast Lead” empat tahun silam. Apalagi, Dewan Keamanan PBB, seperti biasa, terlihat enggan bersikap keras terhadap Israel. “Selama Netanyahu (Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Red) masih menginginkan perang, serbuan ke Gaza akan terus berlanjut,” ujar seorang diplomat Barat kepada Al Ahram.

Sejatinya, sebagaimana ditulis The Guardian, serbuan ke Gaza tersebut bermotif politik semata, tak ada kaitan dengan upaya melemahkan Hamas. Seperti juga empat tahun silam, kalangan berkuasa di Israel, baik Netanyahu dari Partai Likud maupun Menteri Pertahanan Ehud Barak dari Partai Buruh, membutuhkan perang itu untuk mengangkat citra mereka menjelang pemilu nasional yang akan dihelat pada Januari 2014.

Menekan Hamas yang konsisten mengganggu Israel dengan tembakan roket sejak berkuasa di Gaza lima tahun silam merupakan cara paling ampuh untuk menggaet suara di Negeri Zionis tersebut. Walaupun, terbukti opsi militer selama ini tak pernah mampu menumpas kelompok yang didirikan pada 1988 tersebut.

Perlu digarisbawahi pula, IDF tak bisa serampangan menyerbu Gaza karena kian meningkatnya kekuatan militer Hamas. Keberhasilan Hamas untuk kali pertama sejak 1991 menembakkan dua roket Fajr 5 “satu jatuh ke laut, satunya lagi ke lahan kosong dan tak menimbulkan korban” Kamis (15/11) ke Tel Aviv benar-benar mengagetkan penguasa serta rakyat Israel.

Sebab, Tel Aviv yang berada di ujung utara Israel termasuk kota yang selama ini dikategorikan aman dari jangkauan roket Hamas. Tak heran kalau pemerintah kota Tel Aviv kemarin langsung membuka selter antibom yang selama ini tertutup buat publik. “Bahkan, Perdana Menteri Netanyahu sampai harus segera dilarikan ke ruang perlindungan (begitu roket Hamas menjangkau Tel Aviv),” ungkap Gilad Eldan, salah seorang menteri Israel, seperti dikutip The Guardian. Suplai dari Libya dan Iran membuat Hamas kini diperkirakan memiliki 11 ribu roket. Jumlah tersebut hampir menyamai kekuatan musuh lama Israel, Hizbullah, yang menyimpan 15 ribu roket. (jpnn)

Krisis Gaza: Israel siapkan tentara cadangan

Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak telah meminta 30.000 tentara cadangan untuk bersiap, ditengah spekulasi kemungkinan serangan darat di Gaza.

Pengumuman ini keluar setelah militan Palestina menembakan roket dari Gaza ke Tel Aviv.

Pertempuran semakin meningkat sejak Israel membunuh Ahmed Jabari, pemimpin militer Hamas yang mengontrol Gaza, Rabu (14/11).

Sedikitnya 18 warga Palestina di Gaza tewas dalam serangan udara Israel, termasul anak-anak, dan tiga warga Israel tewas disebabkan oleh tembakan roket Palestina ke selatan Palestina.

Pada Kamis malam, Hamas mengatakan telah menembakan lebih dari 350 roket dari Gaza, yang oleh Israel disebut 130 diantaranya berhasil dicegat oleh sistem pertahanan anti misil Iron Dome.

Tetapi di Tel Aviv, warga berlindung setelah sirene serangan udara dibunyikan akibat ancaman misil yang pertama di kota ini sejak 1991. Satu misil mendarat di sebuah kawasan tak berpenduduk sementara satu lagi jatuh di laut.

Sayap militer Jihad Islamis menyatakan mereka telah menembakan sebuah roket buatan Iran, Fajr-5, yang memiliki jarak tempuh sekitar 75km.

Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak mengatakan serangan dengan menargetkan Tel Aviv akan ”ada harga yang harus dibayar oleh pihak lain”.

‘Agresi yang tak dapat diterima’

gazaKebanyakan korban di Gaza adalah warga sipil dan anak-anak.

Kamis dinihari, wartawan BBC di Gaza melaporkan sejumlah ledakan besar dan tembakan misil di sekitar Kota Gaza saat serangan udara Israel berlanjut.

Ada juga laporan yang menyebut bus berisi tentara Israel dan truk yang membawa tank dan personil bersenjata, berjalan menuju kawasan pantai.

Sejumlah saluran televisi Israel mengatakan penambahan pasukan ini menunjukan adanya rencana serangan, tetapi pejabat militer mengatakan belum ada keputusan yang dibuat.

Perdana Menteri Hamas di Gaza, Ismail Haniyeh, mengecam atas apa yang dia sebut “serangan ganas” Israel terhadap wilayah itu.

“Kami di Gaza akan tetap teguh dan tak tergoyahkan,” katanya dalam pernyataan di televisi. ”Kami semua percaya kepada pejuang pemberani yang sekarang ditempatkan di garis depan.”

Warga Palestina yang tewas di Gaza dalam dua hari serangan udara Israel dan tembakan angkatan laut kebanyakan adalah warga sipil termasuk sedikitnya empat anak-anak,satu diantaranya adalah anak lelaki Jihad Misharawi, editor gambar BBC Arab.

Sementara tiga warga Israel yang tewas adalah dua perempuan dan seorang lelaki yang tewas akibat serangan roket di kawasan selatan kota Kiryat Malachi.

Presiden Mesir yang baru Mohammed Mursi menyebut serangan Israel sebagai ”agresi yang tak dapat diterima” dan mengatakan akan mengganggu stabilitas di kawasan.

Perdana Menteri Mesir Hisham Qandil juga pergi ke Gaza pada Jumat (16/11) sebagai bentuk dukungan.

Selama ini Kairo termasuk pihak yang aktif memediasi Israel dan Hamas dalam pertempuran.

AS selaku sekutu kunci AS, telah mendesak Mesir, Turki dan negara besar Eropa yang memiliki hubungan dengan Hamas untuk mendorong kelompok tersebut menghentikan serangfan roket dari Gaza, dengan menyatakan tanggung jawab ada di pihak Hamas untuk menghentikan serangan.

Menteri luar negeri Liga Arab juga akan menggelar pertemuan darurat pada Jumat (16/11).